Senin, 29 Desember 2014

TUGAS APRESIASI DAN KRITIK SEni rupa

Gadis Sunda 1951 (90cm x 65cm)
Basuki Abdullah
Oil on canvas


Lukisan karya Basuki Abdulah dengan judul karya “Gadis Sunda” yang dibuat pada tahun 1951 ini  masih memvisualkan kesenangannya melukis wanita. Terlihat subjek matter yang terlihat adalah seorang gadis yang duduk tersipu, dengan ekspresi wajah yang tampak gundah. Gadis tersebut memakai kebaya khas sunda berwarna kuning dengan bawahan rok dari kain jarik berwarna coklat. Kemudian gadis tersebut duduk pada sebuah tikar di dalam rumah yang bertembokan bilik dari anyaman bambu. Gadis itu duduk dengan tangan kirinya memegang salah satu sendalnya yang ia lepas.
Lukisan ini berbentuk figuratif yang memperlihatkan seluruh tubuh dari gadis tersebut meskipun dia dengan posisi duduk. Lukisan ini berbentuk vertikal yang dibuat  dengan media cat minyak pada kanvas dengan ukuran 90x65 cm. Terdapat  kesan gelap terang yang ditampilkan oleh Basuki. Cahaya terkesan berasal dari arah diagonal samping kanan gadis sunda tersebut. Warna yang digunakan cenderung dari warna kuning-kuning keemasan hingga hitam gelap. Meskipun ada yang terkesan berwana putih namun tampak kusam.  Basuki abdulah terkesan ingin menampilkan sosok gadis sunda yang terkesan apa adanya dan sangat lugu dan kalem.


PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN JENIS-JENIS RITIK SENI RUPA

A. PENDAHULUAN
Pada dasarnya seni dan masyarakat tidak dapat dipisahkan,. Karena dalam kenyataanya, dalam kehidupan manusia sehari-hari selalu berhubungan dengan seni, dan seni selalu tampil dalam kehidupan manusia meskipun dengan fungsi yang selalu berubah-ubah. Didalam kehidupan masyarakat terbentuk oleh seni, sebaliknya seni terbentuk oleh masyarakat, namun semua itu tidak disadari.
Terdapat komponen yang selalu berhubungan, yaitu: seniman yang merupakan pembuat atau pencipta seni, kemudian hasilnya disebut sebagai karya seni yang merupakan bentuk nyata/visual yang dapat dilihat oleh indera, kemudian ada apresiator seni yang ada dalam masyarakat. Kemudian terdapat kekurangan yang menunjukan tidak adanya sebuah perbedaan antara sikap manusia yang peka dan kurang peka terhadap pentingnya kritik. Dengan demikian terdapat satu lagi komponen dalm kehidupan seni yaitu kritikus.
Di Indonesia peran kritik seni rupa dimulai pada awal kemerdekaan dengan timbulnya kesadaran nasional para pelukis yang tergabung dalam PERSAGI.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kritik berasal dari bahasa Yunani “krinein” yang berarti menghakimi/ menilai. Sedangkan dasar penghakiman disebut “kriterian” dan penilaian disebut “kritikos”. Dengan demikian untuk menilai sebuah karya seni dengan menggunakan ukuran/kriteria. Kriteria adalah sebuah patokan yang menunjukan sifat atau karakteristik. Kata kriteria juga berarti memisahkan, merinci, atau mebedakan. Maka kritik diartikan sebagai sebuah usaha untuk menentukan mana yang menyenangkan dan mana yang tidak faedah. Mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang mempunyai nilai atau tidak mempunyai nilai.
Menurut Gayley dan Scoot dalam Liaw Yock Fang (1970), kritik adalah: mencari kesalahan (faul-finding), memuji (to praise), menilai (to judge), membandingkan (to compare), dan menikmati (to appreciate). kritik adalah komentar, biasanya normatif terhadap suatu prestasi dan seluk beluk dengan tujuan apresiatif.

2. Ruang Lingkup
Kritik seni sebagai aktivitas evaluasi dimana kritik harus sampai pada pernyataan bahwa nilai seni adalah baik atau buruk. Kritik seni sebagai ativitas penerjemahan karya seni sebagai peningkatan apresiasi, dimana kritik dijadikan sebagai jembatan antara seniman, karya seni, dan penghayat seni. Yang mengharuskan kritikus tidak bertindak otoriter  dalam menghadapi bahasa yang multitafsir. Kritik sebagai pendidikan dan pengembangan seni yang dimana dapat membuka cakrawala lebih luas bagi penghayat atau pengamat yang menyadarka akan kekuatan maupun kelemahan seniman.
kritik seni mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan persyaratan dan metodologi yang diperlukan dalam kegiatan mengapresiasi seni. Berakar pada pendekatan filsafat metafisis yang melahirkan tipe kritik yang bersifat dogmatis . Pendekatan empiric modern yang menggunakan data objektif sebagai basis penilaian karya seni

3. Jenis-jenis Kritik Seni Rupa
a. Kritik Jurnalistik
kritik jenis ini termasuk dalam kategori berita. Ditulis unruk pembaca surat kabar atau majalah. Kritik jurnalistik berbentuk ulasan yang ebrupa kesimpulan dan adanya sebuah pameran, sehingga jarang sekali terjadi analisis yang sistematis. karena mengejar dead-line, menyebabkan kritik seni ini tidak meluas dan mendalam, tetapi justru efektif dan tepat mengingat segmen pembacanya yang heterogen.
b. Kritik Paedagogik
Kritik jenis ini dimaksudkan untuk memajukan kematangan bertindak atristik dan estetik bagi siswa. Kritik seni ini dilakuikan secara otorite agar para siswa dapat membuat kritik terhadap diri mereka sendiri.
c. kritik ilmiah
Kritik jenis ini murni bersifat keilmuan dengan penampilan data yang tepat, dilakukan melalui analisi, interpretasi, dan penelitian yang bertanggung jawab. Kritik semacam ini lahir diperguruan tinggi. Kritik ini biasanya melakukan pengkajian nilai seni secara luas, dengan menampilkan data secara tepat, dengan analisa, interpretasi dan penilaian yang bertanggung jawab.
d. kritik Popiler
Kritik ini dikerjakan oleh orang awam yang tidak mempunyai keahlian atau mengambil spesialis. Dalam arti kritik ini diperuntukkan bagi konsumsi massa, atau dalam arti kritik dari mereka yang tidak memiliki keahlian yang dipersyaratkan. Dengan demikian, tentu saja hasilnya mempunyai tingkat analisis atau kedalaman yang berbeda-beda, sesuai latar belakang pendidikan dan sensitivitas orang yang mengeritik. Masyarakat akan terus memberikan penilaian kritis, tanpa mempertimbangkan  apakah penilaian mereka tepat atau tidak. Tidak dapat dipungkiri, dalam batas-batas tertentu penilaian mereka kemungkinan sama baiknya dengan kritik para ahli.


C. SIMPULAN
            Kritik merupakan sebuah aktivitas tentang penilaian mengenai kelebihan atau kekurangan sesuatu. Kritik juga merupakan kemampuan keterampilan. Kritik tidak terbatas pada analisi karya seni saja, tetapi juga sebagai penyaji alternatif konsep dan jalinan analisis kertertiban dan kelangsungan suatu gaya tertentu berdasarkan karakterisiknya. Kemudian ada beberapa jenis kritik seni rupa diantaranya kritik jurnalistik, kritik paedagogik, kritik populel, dan kritik ilmiah.

Daftar Pustaka
Bastomi, Suwaji. 2012. Estetika Kontemporer dan Kritiknya. Semarang. UPT UNNES Press


TUGAS UJIAN APRESIASI DAN KRITIK SENI RUPA

NAMA: INDRI SEPTIANA
NIM:2401412079
ROMBEL: 305


Hendra Gunawan
“mencari kutu rambut”
Oil on canvas 84cm x 65cm
Tahun 1953


Hendra Gunawan adalah salah satu seniman lukis Indonesia. Dia pernah ditahan selama 13 tahun dimulai pada tahun 1965 hingga 1978. Selama didalam penjara beliau tetap berkarya membuat lukiasan bertema tentang kehidupan masyarakat pedesaan pada zamannya. Seperti panen padi, berjualan buah, kehidupan nelayan. Ada salah satu karyanya yang berjudul “mencari kutu rambut” yang dibuat pada tahun 1953. Lukisan ini menampilkan subjek matter yaitu seorang wanita yang sedang duduk mencari kutu wanita yang sedaang memangku anak perempuanya yang memegang wayang. Lukisan ini dibuat dengan media cat minyak diatas kanvas dengan ukuran 84cm x 65cm.
Dalam lukisan “mencari kutu rambut” nampak Hendra menampilkan dua sosok wanita dewasa dengan memakai baju kebaya sederhana dengan rok menggunakan jarik, dan satu anak kecil yang sedang memegang wayang dengan dipangku salah seorang wanita dewasa. Wanita yang sedang mencari kutu menggunakan baju berwarna biru keputihan yang warnanya hampir sama dengan warna backgroun yang ingin ditampilkan dengan motif titik-titik berwarna-warni, dengan menggunakan rok dari jarik warna coklat, dengan rambut diikat. Ekspresi wanita tersebut terlihat serius mencari kutu pada wanita yang kedua. Wanita yang kedua memakai baju kebaya sederhana juga berwarna putih dengan motif, dan menggunakan jarik dengan warna coklat namun hampir sama dengan warna tanah yang ditampilkan, wanita kedua terlihat rambutnya terurai panjang menandakan bahwa dia yang sedang dicari kutu rambutnya. Tanganya sedang memegang kapala anak kecil dengan rambut agak pendek dengan baju berwarna merah muda yang memegang sebuah wayang. Kemudian background berwarna biru dan terlihat seperti ada pohon. Lukisan ini cenderung menggunakan warna yang soft dengan background yang sederhana. Kemudian warna kulit ketiganya sama, coklat keputihan.
Lukisan ini cenderung bergaya ekspresionis dengan tampilan warna dan background yang sederhana kemudian warna biru yang masuk pada warna baju wanita pertama, kemudian warna tanah yang masuk pada warna jarik wanita kedua. Kebaya sederhana merupakan pakaian tradisional jawa yang sering dikenakan oleh wanita-wanita pada kesehariannya, dengan bertapihkan jarik sebagai kombinasi pakaian yang ia pakai. Kemudian dengan wanita pertama mengikat rambutnya sehingga mirip seperti disanggul itu juga menerangkan tentang kebudayaan jawa. Kemudian pada wanita kedua dengan tanda yang ada dijidatnya berupa warna hijau, merupakan sebuah kebiasaan wanita di jawa jika iya baru melahirkan. Rambut-rambut panjang yang terurai juga mengesankan bahwa itu wanita jaman dahulu yang masih kental dengan tradisi jawa. Kemudian adanya bentuk wayang yang sedang dipegang anak kecil sebagai mainan menegaskan bahwa kebiasaan mencari kutu rambut yang ditampilkan merupakan kebiasaan masyarakat dijawa.
Seniman seperti ingin menampilkan sebuah kebiasaan yang terjadi di jawa yang biasanya dilakukan oleh para wanita untuk mengisi waktu senggangnya dengan duduk dan mencari kutu pada wanita lainnya. Seniman menampilkan  salah satu bentuk wayang yang divisualkan sedang dipegang atau dimainkan anak kecil yaitu ingin mempertegas bahwa ini adalah kebudayaan yang terjadi dijawa. Kemudian pakaian kebaya juga menjadi tanda bahwa seniman sedang ingin menampilkan salah satu kebuadayaan yang ada di Jawa bahwa ada salah satu kegiatan yang terjadi untuk menjalin keharmonisan sebuah sodara atau keluarga salah satunya adalah berkumpul dan mencari kutu rambut.
Karya lukisan berjudul “mencari kutu rambut” ini sangat menarik, seniman ingin menampilkansebuah kebudayaan atau kegiatan masyarakat desa khususnya para wanita. Dengan gambaran yang jelas yang mendukung judul sehingga apa yang dipikirkan apresiator tidak jauh-jauh dari judul yang ditampilkan. Namun ada sedikit yang menjadikan kekuranga yaitu pada backgroun yang dibuat kurang menampilkan bahwa itu adalah kebiasaan masyarakat pedesaan. Terlalu sederhana dan tidak mendukung subjek matter yang ditampilkan. Padahal biasanya orang yang mencari kutu rambut itu duduk didepan rumah. Kemudian untuk proporsi manusia asli mungkin kurang diperhatikan sehingga  untuk kaki wanita kedua cenderung pendek. Kemudian untuk warna background dengan baju wanita pertama itu sedikit membingungkan karya warnanya menyatu, kemudian warna tanah juga yang disamakan dengan jarik wanita kedua itu agak kurang menarik.